Rabu, 30 September 2015

Inilah Kiat Kanwil Hukum dan HAM Kalsel Cepat Tanggapi Pengaduan


Ilustrasi Layanan Pemasyarakatan

Banjarmasin – Divisi Pemasyarakatan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Kalsel akan cepat menanggapi setiap pengaduan yang masuk melalui “call center” yang telah disediakan
“Setiap ada pengaduan dari masyarakat yang masuk ke call center terkait pelayanan dan kinerja di salah satu Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) ataupun Rumah Tahanan (Rutan) maka langsung kami tanggapi,” kata Kepala Divisi Pemasyarakatan Kemenkumham Kalsel Harus Sulianto di Banjarmasin, Selasa.
Ia mengatakan, pihaknya menanggapi setiap laporan pengaduan yang masuk dengan langsung menjurus kepada sasaran laporan, misalkan pengaduan terkait pelayanan di Lapas Teluk Dalam maka Kalapasnya langsung dipanggil agar cepat mengatasi laporan tersebut.
Apabila pengaduan yang disampaikan tidak ditanggapi Kalapas dalam dua hari maka Divisi Pemasyarakatan akan memanggil Kalapas tersebut dan melakukan pemeriksaan.
“Tapi biasanya setiap laporan ataupun keluhan terhadap kinerja Lapas dan Rutan apabila kami sampaikan langsung dikerjakan, dan tidak perlu menunggu beberapa hari,” tuturnya kepada Wartawan Antara.
Harun terus mengatakan, untuk nomor call center pengaduan yaitu 0818377872 itu aktif selama 1X24 jam dan Handphone tersebut melekat langsung di Kepala Divisi Pemasyarakatan.
“HP-nya ada pada saya sehingga setiap pengaduan yang masuk maka langsung bisa saya baca dan ketahui,” tutur pria yang akrab dengan awak media itu.
Bukan itu saja, kepada warga binaan di setiap lembaga pemasyarakatan atau di rumah tahanan yang ada di Kalsel berikut keluarganya silahkan laporkan apabila ada keluhan di lapas ataupun rutan terkait pungutan liar ataupun lainnya yang merusak citra Kemenkumham.
Setiap laporan pengaduan pelapor yang masuk melalui call center pasti identitasnya dilindungi dan tidak akan bocor karena HP nomor pengaduan itu hanya dipegang oleh dirinya.
Tujuan adanya call center pengaduan ini agar setiap pegawai Lapas atau Rutan maupun pegawai di lingkungan Kemenkumham bisa bekerja sesuai aturan dan memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat.
“Apabila ada pegawai Lapas dan Rutan di lingkungan Kemenkumham Kalsel yang tidak sejalan dengan reformasi mental dan birokrasi bersih maka langsung kami singkirkan, karena bagi kami pelayanan yang baik kepada masyarakat dan warga binaan itu yang utama,” tegasnya.

sumber: Antara Kalsel

KONI Sumsel Cari “Mike Tyson” di LPKA Palembang

Suasana Sekolah di LPKA
Andik LPKA Palembang sedang belajar

Palembang – KONI Sumatera Selatan sepertinya mencari bibit petarung yang dapat mengikuti jejak Mike Tyson. Petinju legenda yang berasal dari jalanan dan keluar masuk jeruji besi itu, diharapkan dapat menginspirasi semua calon atlet di Lapas Anak Pakjo, Palembang.
Pasalnya, saat ini KONI Provinsi Sumsel serius mencari atlet, bahkan di lembaga pemasyarakatan. Sebagai bukti, induk organisasi olahraga di Bumi Sriwijaya ini gelar seleksi calon atlet di Lembaga Pemasyarakatan (lapas) Anak Kelas II A Palembang.
Setelah menyeleksi dan dinyatakan lolos, sebanyak 71 anak didik warga binaan, akan dilatih ke beberapa cabang olahraga. Seperti, Gulat, Karate dan Tinju.
“Kita tidak patok target akan menjadi seperti apa. Tapi 71 calon atlet ini, diharapkan mampu untuk membanggakan Indonesia, minimal Sumsel. Apalagi, belajar dari sejarah Mike Tyson berawal dari seorang anak yang nakal, kemudian dilatih dan mampu menjadi juara dunia. Bukan tidak mungkin, penghuni lapas anak bosa meniru jejak Mike Tyson,” ujar Syamsul Ramel, selaku pengurus KONI saat memberikan arahan di hadapan penghuni Lapas, Senin (28/9)
Wakil Ketua III KONI Sumsel, Dheni Zainal, mengatakan, sebelumnya materi tes ada beberapa tahapan. Mulai dari tes fisik dasar, kecepatan, kekuatan power otot, serta daya tahan. “Berdasarkan hasil tesnya kita rekomendasikan mana dia cocok ada tinju, tenis lapangan, angkat berat atau catur. Kebetulan empat cabor tersebut sudah tersedia sarana latihan disini,” tambah mantan anggota DPRD Sumsel ini.
Anak-anak warga binaan lakukan tes fisik sama seperti atlet pada umumnya.
“Ya mulai tes lari 20/30 meter, tes sit and reanch, tes vertical jump, tes push up (1 menit), dan tes sit up (2 menit). Kalau kesehatan, timbang badan, ukur tinggi badan dan tensi darah,” tambah dia.
Dhennie menambahkan seleksi atlet merupakan program tindak lanjut dari kunjungan KONI Sumsel ke tempat tersebut sebulan sebelumnya.
“Jadi tes sekaligus mengetahui sejauh mana perkembangan fisik untuk jadi atlet. Anak-anak akan dijadikan atlet, jangan tanggung-tanggung. Kami datang kesini bukti keseriusan dalam rangka kepedulian dibidang olahraga. Kami minta keseriusan kalau sekarang atlet sudah jadi kebanggaan dan sumber penghasilan,” ucapnya.
Proses seleksi sendiri dilakukan, penguji dari KONI Sumsel, seperti, Samsul Ramel dan Iyakrus serta beberapa tenaga dari mahasiswa dan mahasiswi Unsri.
Di sisi lain, Ahmad Faedhoni kepala lapas anak kelas II A Palembang menambahkan seleksi calon atlet anak didik lapas anak Palembang dalam rangka kerjasama dengan KONI Sumsel .
“Total anak didik kami 254 namun hanya 71 yang ikut seleksi.Kami sudah siapkan sasana tadinya anta brata berserakan sekarang sudah siap,” ungkapnya. [yip]
 sumber:www.rmolsumsel.com

Selasa, 29 September 2015

LPKA Martapura Bekali Anak dengan Pelatihan Komputer

pelatihan komputer bagi anak di LPKA Martapura
Andik PAS LPKA Martapura sedang belajar Komputer

Martapura, INFO_PAS – Anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Martapura kini bisa mengenyam pelatihan komputer setelah Kepala LPKA Martapura, Lenggono Budi, membuka secara resmi Pelatihan Komputer Dasar, Senin (28/9). Pelatihan yang bekerja sama dengan Lembaga Diklat Astikom Banjarbaru itu rencananya akan berlangsung selama empat hari kedepan.
Sebanyak 20 anak menjadi peserta pelatihan yang dibagi menjadi dua kelas. “Kegiatan ini agar diikuti dengan sungguh-sungguh karena ilmu yang diperoleh dapat menjadi bekal setelah bebas nanti,” 
pesan Kepala Seksi Kegiatan Kerja LPKA Martapura, Ramli.Martapura, INFO_PAS – Anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Martapura kini bisa mengenyam pelatihan komputer setelah Kepala LPKA Martapura, Lenggono Budi, membuka secara resmi Pelatihan Komputer Dasar, Senin (28/9). 
Pelatihan yang bekerja sama dengan Lembaga Diklat Astikom Banjarbaru itu rencananya akan berlangsung selama empat hari kedepan.
Dalam pembukaan pelatihan tersebut, hadir para pejabat struktural dan fungsional LPKA Martapura. Adapun Lembaga Diklat Astikom Banjarbaru diwakili oleh Asnan.
Usai pelatihan, para peserta akan mendapatkan sertifikat komputer dan akan mendapatkan diskon bahkan gratis apabila ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi usai menjalani masa pidana. (IR)
Kontributor: Robbyanoor

Minggu, 27 September 2015

Kain Sasirangan Disulap Jadi Boneka oleh WBP Rutan Kandangan

boneka dari kain sasirangan karya WBP Rutan Kandangan
Boneka Hasil Karya Rutan Kandangan

Kandangan, INFO_PAS – Penjara bukan halangan untuk berkreasi. Slogan itu mungkin biasa bagi kita, tapi tidak bagi Weni dan teman-temannya, Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) wanita di Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kandangan. Mereka bahkan berinisiatif mengisi waktu luang selama menjalani pidana dengan membuat keterampilan boneka dari kain sasirangan khas Kalimantan Selatan.
Yang menarik disini adalah kain sasirangan itu adalah hasil limbah para penjahit di luar rutan yang disulap untuk dijadikan boneka kura-kura sebagai upaya pelestarian budaya Banjar. Hal itu dibenarkan oleh Rohana, salah seorang petugas Rutan Kandangan yang rajin memberikan semangat dan motivasi dalam kegiatan keterampilan itu.
“Boneka ini memang biasa, tapi kami sangat menghargai kreasi dan ide yang mereka buat dan kami beri dukungan,” kata Rohana, Sabtu (26/9).
Dukungan serupa ditunjukkan Kepala Sub Seksi Pelayanan Tahanan Rutan Kandangan, Suriansyah. “Kegiatan ini awalnya untuk mengisi waktu menjadi bermanfaat dalampembinaan kemandirian mereka yang diharapkan dapat diterapkan setelah keluar dari rutan,” ujarnya.
Kondiri Rutan Kandangan yang relatif tidak terlalu besar tidak menjadi alasan bagi WBP untuk mengembangkan kreativitasnya. Walaupun belum dipasarkan lebih luas, namun boneka tersebut telah dipasarkan untuk kalangan terbatas.
“Mudah-mudahan dapat terus ditingkatkan pembinaannya dan bisa dipromosikan keluar rutan,” harap Suriansyah. (IR)

 Kontributor: Lisna Kartika Sari

Syarat Ideal Pegawai Lapas Versi Pengamat

Sekjen Forum Pemerhati Pemasyarakatan, Dindin Sudirman
Sekjen FPPAS, Dindin Sudirman

Jakarta – Sekretaris Jenderal Forum Pemerhati Pemasyarakatan, Dindin Sudirman mengatakan, setidaknya ada beberapa syarat mutlak untuk menjadi seorang pegawai Lembaga Pemasyarakatan (Lapas).
“Yang paling utama adalah integritas,” kata Dindin dalam sebuah acara diskusi bertemakan “Bebas Lepas di Lapas” di Jakarta, Sabtu 26 September 2015.
Menurut dia, integritas memang hal yang sangat diperlukan, karena dengan adanya integritas yang kuat, para pegawai Lapas tidak mudah mendapatkan sogokan dari narapidana yang mempunyai uang.
Selain itu, kata Dindin, seorang petugas Lapas harus mempunyai jiwa profesional.
“Jiwa profesional juga penting, maka itu harus ada pelatihan kepada para petugas Lapas agar menjadi pekerja profesional. Polisi saja ada pelatihan di SPN Lido, petugas Lapas pun seharusnya juga ada,” kata Dindin.
Syarat yang lain, lanjut Dindin, adalah mempunyai rasa kemanusiaan.
“Seorang petugas Lapas harus mempunyai rasa kemanusiaan atau humanis, perlakukan warga binaan seperti selayaknya manusia, tapi tanpa pandang bulu. Kalau contoh Gayus, masakmenghadiri sidang perceraian tidak diizinkan, kan harus ada rasa kemanusiaan juga,” katanya.
Dan yang terakhir adalah seorang petugas Lapas harus mempunyai panggilan jiwa.
Nah, ini yang sulit, apa ada orang bercita-cita menjadi petugas Lapas, saya rasa tidak. Pekerjaan petugas Lapas mungkin dijadikan opsi terakhir jika tidak mendapatkan pekerjaan lainnya,” tuturnya.
Mengenai warga binaan Lapas Sukamiskin yaitu Gayus Tambunan yang membuat heboh lantaran makan di sebuah restoran di Jakarta Selatan, Dindin menilai tidak ada yang salah dengan hal itu.
Abis sidang Gayus makan? Yah boleh lah, itu hak warga binaan makan. Tapi, masyarakat langsung menghakimi kenapa mesti makan di restoran dan tidak makan di pengadilan, itu semua jadi bahan penyelidikan dari Kemenkumham nantinya,” kata Dindin.
sumber: viva.co.id

Pengamat: Menkumham Harus Menciptakan Petugas Profesional


Ali Aranoval dan Akbar Hadi

Metrotvnews.com, Jakarta: Pengamat Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Ali Aranoval menilai kasus ‘bebas lepas’ terpidana korupsi Gayus Tambunan di lapas merupakan persoalan sistem. Pasalnya, Gayus kerap kali leluasa keluar lapas meski Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) sudah berganti.
Kebobrokan, ada pada petugas lapas. Namun, penyebab utamanya adalah kurangnya pendidikan yang diberikan pada petugas lapas yang biasanya lulusan SMA. Proses seleksi harus diperketat untuk mendapatkan petugas lapas berintegritas
“Jangka panjang, Menteri harus tahu, pemerintah harus menciptakan profesionalitas petugas. Dengan menyelenggarakan pendidikan profesional, bukan cuma kasih hukuman,” kata Ali di Warung Daun, Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, Sabtu (26/9/2015).
Selama ini, kata dia, petugas nakal hanya diberi sanksi ringan hingga berat. Namun, tak diberi pendidikan atau peningkatan kualitas. Padahal, profesionalitas petugas masuk dalam program yang ingin dikembangkan Presiden Joko Widodo.
“Di bawah (petugas lapas) tidak pernah dapat (pendidikan). Mohon Pak Menteri, arah penataan petugas profesional itu harus dilaksanakan karena sudah masuk programnya Jokowi,” tambah Ali.
Selain integritas, perekrutan harus juga memerhatikan rasa kemanusiaan, keahlian, dan kesesuaian pribadi dengan dunia kerja. Kemenkumham harus meminta petugas lapas menjaga perilaku ketika resmi diterima sebagai pegawai.
Sumber : metrotvnews.com

Sabtu, 26 September 2015

Kualitas dan Kuantitas Petugas Lapas Jauh dari Ideal

Ilustrasi (Okezone)
Foto mirip Gayus Tambunan
JAKARTA – Juru Bicara Dirjen Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham), Akbar Hadi, mengatakan kualitas dan kuantitas petugas lembaga pemasyarakatan (lapas) di Indonesia masih jauh dari ideal.
Hal tersebut dapat dilihat dengan banyaknya petugas lapas yang terkena sanksi karena melakukan berbagai pelanggaran. Hingga saat ini, tambah Akbar, sebanyak 111 petugas lapas menerima sanksi karena melakukan pelanggaran. Sanksi ada yang ringan, sedang, dan berat, bergantung pelanggarannya.
Salah satu pelanggaran yang mendapat banyak perhatian masyarakat adalah keluyurannya narapidana penggelapan pajak, Gayus Tambunan, saat menghadiri sidang cerai pada 9 September 2015.
Karena itu, Akbar meminta masyarakat turut melakukan pengawasan, seperti yang terjadi pada kasus Gayus Tambunan. "Tentu saja dengan adanya foto itu, kami mengapresiasi yang sudah meng-upload foto. Ini menjadi kritik bagi kami. Karena kalau hanya pejabat di pusat yang mengawasi ini terbatas," kata Akbar dalam sebuah diskusi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (26/9/2015).
Selain itu, tambah Akbar, kuantitas petugas lapas di Indonesia berbanding terbalik dengan jumlah penghuninya. "Lapas Salemba misalnya dihuni 3.700 lebih napi, yang jaga hanya 25 orang. Di kota kecil seperti Padang Sidempuan ada 600 napi, yang jaga hanya 4 petugas. Perlu kami sampaikan supaya masyarakat memahami kondisi petugas, SDM dari sisi kualitas dan kuantitas tidak memadai dengan kondisi lapas," tutur dia.
Sementara anggota Komisi III DPR RI, Dwi Ria Latifa, mengimbau kepada pemerintah, khususnya Kemenkumham, untuk melakukan perbaikan sumber daya manusia (SDM). Ia menengarai rendahnya kualitas dan kuantitas SDM menjadi sumber masalah di lapas selama ini.
"Lapas itu kekurangan petugas. Perbandingannya tidak layak. Satu petugas menjaga10 napi, sehingga pegawasannya sangat mengerikan, infrastruktur rentan," kata dia.
(fds)

Sumber: http://news.okezone.com/

Senin, 21 September 2015

Ke Luar Lapas, Gayus Tambunan ke Pengadilan Agama

Petugas yang mengawal Gayus ke Pengadilan Agama sedang diperiksa.

Oleh : Eko Priliawito

Ke Luar Lapas, Gayus Tambunan ke Pengadilan Agama
Foto mirip Gayus Tambunan (VIVA.co.id/Facebokk)
VIVA.co.id - Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Barat memeriksa petugas pengawal Gayus Tambunan yang diizinkan keluar dari Lapas Sukamiskin pada Rabu, 9 September 2015. Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan ada atau tidaknya kelalaian.

"Bila ternyata ada kelalaian petugas, tentu saja akan ditindak tegas. Gayus juga akan diberi sanksi. Setidaknya diisolasi," kata Kepala Humas Ditjen  Pemasyarakatan  Akbar Hadi saat dikonfirmasi, Senin, 21 September 2015.
Selain itu, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Barat juga akan membentuk tim guna mendalami foto yang saat ini beredar di media sosial. "Untuk mendalami keaslian foto tersebut. Sebab berdasarkan data yang ada pada kami, pada 9 Mei 2015 tidak ada pengeluaran napi atas nama Gayus," katanya menambahkan.

Akbar membenarkan kalau Lapas Sukamiskin telah mengeluarkan tahanan bernama Gayus Tambunan pada Rabu, 9 September 2015. Gayus bisa keluar karena ada permintaan dari Pengadilan Agama.
Selain itu, pengeluaran Gayus dari Lapas Sukamiskin juga sudah sesuai dengan prosedur. Sebelum diizinkan keluar, Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) Lapas telah menggelar sidang. Karena itu, Gayus mendapat izin keluar oleh Kalapas Sukamiskin,  Eddy Kurniadi. "Mekanisme pengeluaran sudah sesuai dengan prosedur. Saat keluar Gayus dikawal petugas lapas dan Kepolisian," katanya menjelaskan.

Menurut dia, Kalapas Sukamiskin telah memberi izin agar Gayus pergi ke Pengadilan Agama pada Rabu, 9 September 2015. Bukan pada 9 Mei 2015 seperti yang tersebar di media sosial. "Perinsipnya, kami bentuk tim untuk mendalami keaslian foto tersebut. Sebab berdasarkan data yang ada pada kami pada 9 Mei 2015 tidak ada pengeluaran napi atas nama Gayus."
(mus)
Sumber: http://nasional.news.viva.co.id/

Jumat, 18 September 2015

Rutan Salemba Bagikan Perlengkapan Tidur untuk Warga Binaan



Jakarta, INFO_PAS – Rumah Tahanan Negara (Rutan) Klas I Jakarta Pusat bagikan 450 buah perlengkapan tidur berupa kasur untuk warga binaan pemasyarakatan (WBP), Kamis (17/9). Kasur-kasur diserahkan langsung oleh Kepala Rutan kepada WBP setelah melakukan pendataan.


“Pendistribusiannya harus efektif mengingat jumlah kasur yang disediakan tidak sebanding dengan jumlah WBP penghuni Rutan,” tutur Kepala Rutan Jakarta Pusat (Rutan Salemba), Gun Gun Gunawan.


“Sarana tidur bagi WBP sangat diperlukan karena selain mengganti tempat tidur yang telah rusak beberapa dari WBP ada yang terpaksa tidur beralaskan kertas kardus,” ungkap Gun Gun.


“Tidak hanya kebutuhan sandang pangan yang diberikan kepada WBP, mereka juga dipenuhi kebutuhan papan sebagai pemenuhan hak WBP selama berada di dalam rutan. Ini semua perlu disyukuri, kami berharap WBP dapat menjaga kasur yang telah diberikan dengan baik,” pungkas Gun Gun. (NH)

Kontributor : Rizky Yansyah

Sumber: pemasyarakatan.com

Kamis, 17 September 2015

Bapas Jakarta Selatan Siapkan Klien Pemasyarakatan Menjadi Montir

Bapas Jakarta Selatan Siapkan Klien Pemasyarakatan Menjadi Montir  

Bapas Jakarta Selatan Siapkan Klien Pemasyarakatan Menjadi Montir

Jakarta, INFO_PAS – 20 Klien Pemasyarakatan Bapas (Balai Pemasyarakatan) Klas I Jakarta Selatan ikuti kegiatan Pelatihan Teknis Dasar Montir Mobil, Senin (14/9). Dengan mengikuti kegiatan pelatihan tersebut, Klien Pemasyarakatan disiapkan untuk menjadi Montir mobil profesional.


“Kegiatan ini merupakan kali kedua setelah Pelatihan Service AC yang telah dilaksanakan pada bulan Agustus lalu. Terlaksananya pelatihan Teknis Dasar Montir Mobil merupakan hasil kerjasama dengan BLK Among Raga dan akan dilaksanakan selama 5 hari,” tutur  Anis Joeliati Kepala Bapas Jakarta Selatan menjelaskan kepada INFO_PAS.


Anis juga mengatakan bahwa, peluang usaha masih banyak jika kita memiliki keterampilan dan ilmu yang menunjang, sehingga tidak melulu hanya terfikir untuk mencari pekerjaan tetapi mulai merubah mindset untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Pelatihan yang hanya diselenggarakan dalam waktu 5 hari memang sangat kurang untuk menjadi seorang ahli tetapi Bapas Jakarta Selatan mencoba memfasilitasi Klien Pemasyarakatan agar dapat menjadi pribadi mandiri, gigih dan mau bekerja keras.


“Manfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya untuk menambah keterampilan, ilmu dan nilai kita untuk kembali kemasyarakat,” ujar Anis berpesan.


Haidar, ketua panitia kegiatan Pelatihan untuk Klien Pemasyarakatan Bapas Jakarta Selatan dalam kesempatan yang sama juga berpesan kepada peserta pelatihan untuk mengikuti kegiatan dengan sungguh-sungguh.


“Berbekal keterampilan hasil mengikuti kegiatan pelatihan teknis dasar montir mobil, semoga Kalian dapat mencari pekerjaan yang lebih baik dan dapat menyalurkan keterampilan di masyarakat dengan membuka usaha sendiri,” harapnya. (NH)


Kontributor: Aldin Ningsih

Sumber: pemasyarakatan.com